KEHIDUPAN DARI SEORANG ANAK PERANTAU
Ananta Yana Mahendra merupakan nama lengkap ku yang merupakan anak ke dua dari pasangan suami istri Budi Widodo dan Tutik, 'nanta' merupakan nama panggilan sewaktu aku masih kanak-kanak. Tak hanya itu, berbagai jenis panggilan telah kuterima mulai dari 'al-akh' yang merupakan nama untuk para pembimbing, sampai 'ustadz' karena akupun pernah mengajar dan belajar di sebuah lembaga pesantren. Membicarakan tentang pendidikan, selepas dari bangku sekolah dasar (SD) aku memutuskan untuk mengemban pendidikan di pondok pesantren yang terletak di pedalaman Ponorogo, Darussalam Gontor. 'Berpisah dari naungan orang tua memang menyedihkan apalagi setelah tamat dari SD, namun akan lebih menyedihkan lagi apabila kelak dikemudian hari menjadi seorang yang tidak memiliki karakter islami' merupakan pepatah dari sang kiai yang menjadikanku bertahan hingga selesai pendidikan di pondok pesantren. Banyak pengalaman, pendidikan, pelajaran baik materi maupun nonmateri yang telah aku dapat dari ibu yang telah mendidikku sampai aku dapat berdiri tegak hingga saat ini, dan kelak akan menjadi seorang pemimpin yang berwibawa di masa yang akan datang.
Kota malang, sebuah kota dimana aku tinggal sekarang menjadi kota kelahiranku tepat 20 tahun yang lalu, pada 29 Juli 1998. Semasa kecil, aku terbiasa berbahasa jawa karena ketika itu aku tinggal di Jawa, namun tidak dengan sekarang, aku sudah merantau ke berbagai wilayah nusantara mulai dari Riau, ponorogo, Kendari, bahkan Poso pun pernah aku singgahi. Tempat-tempat itu menjadi saksi bisu kehidupanku yang menjadi sejarah pribadiku kelak. Berbagai alasan mengapa aku dapat menjelajahi nusantara, mulai dari perkerjaan ayah, sekolah, hingga tugas untuk mengajar di luar Jawa.
Olahraga merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi, bagai makan nasi tanpa lauk, akan terasa hambar bila hidup ini berjalan tanpa diiringi oleh kekuatan fisik yang memadai. Jogging, berenang, dan kegiatan atletik lain merupakan hobi yang sudah aku jalani semenjak duduk di kelas 2 SMA. Terkadang untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari, banyak orang yang bergadang membicarakan suatu perihal hingga larut malam, tidak dengan aku. Untuk melepas beban itu semua, aku hanya butuh bangun di pagi hari dan melakukan olahraga di saat fajar belum muncul. Diiringi embun pagi yang sejuk dan kicauan burung di ranting pohon, menjadi suatu mantra tersendiri bagiku untuk melepas segala beban hidup.
Hidup berdisiplin, teratur, terarah dan terpercaya menjadi tujuanku untuk bertindak sehari-hari. Terkadang, ketika aku diberi amanah untuk memimpin suatu kelompok, landasan itulah yang kupakai untuk mengambil setiap keputusan agar dapat dipahami oleh setiap individu masing-masing. Hingga hari ini pun aku masih tetap memiliki pedoman 'disipilin' untuk mengatur setiap jengkal keputusan yang kuambil.
Sekian cerita singkat dari saya, terimakasih atas waktunya.